IBU

Kamis, 28 Januari 2016

Kugores tinta ini dengan air mata
selembar kertas putih tak bernoda menjadi saksinya
saat malam semakin larut
tubuh ini mulai menggigil
menari bersama dinginnya malam
menusuk hingga ke tulang-tulang

Ibu, hanya pelukmulah yang dapat menghangatkan tubuh ini
cerita ini baru ditulis, ketika kau telah lama pergi
tentangku kini yang tak lagi bersamamu
melihat senyummu, marahmu, tawamu

Ibu, aku kini bukanlah malaikat kecilmu lagi
yang setiap harinya slalu bandel
tak pernah mendengarkan omonganmu
slalu mengikuti kemauanku sendiri
aku kini telah tumbuh dewasa Bu
telah banyak mengenal dunia
ada satu dunia yang ingin sekali kuceritakan bersamamu
dunia kedua selain dirimu yang bisa membuat hatiku layaknya surga

Ibu, detik demi detik telah terlewati tanpamu
tentangku kini yang tak lagi bersamamu
aku hanyalah anak-anak rindu
yang terjebak dalam kesunyian
kemudian hanya bisa ditemani kenangan

Ibu, raut wajahmu hanya bisa kugenggam dalam ingatan
senyum indahmu hanya bisa kusimpan dalam hati
sebelum tulisan ini benar-benar usai
sebelum air mata ini berhenti
izinkan aku untuk berucap apa yang tak sempat dikatakan
"maafkan anakmu ini Bu"

Ibu, tentangku kini yang tak lagi bersamamu
hanya setangkai doa yang bisa kuhadiahkan untukmu dalam setiap sujudku
semoga kau senantiasa di sisi-Nya

Ibu, aku merindukanmu

Malang, 28 januari 2016
oleh: Milhan TorhanWael

CINTA

Rabu, 27 Januari 2016

Hai cinta
ini Aku, lelaki sejuta kenangan
dimanakah kau cinta?
Aku mencarimu

Mengapa kau tak kunjung datang cinta?
apa au takut?

Hai cinta
kau telah mengajariku segalanya
Aku pernah bahagia karenamu 
Aku pernah terluka karenamu
lantas, mengapa kau pergi?

Hai cinta
apa arti sesungguhnya dirimu?
apakah seperti yang dikatakan penyair-penyair di luar sana?
mungkinkah seperti itu cinta?

Hai cinta
katanya jika kau yang membuat luka, maka kau juga yang mengobatinya
lantas, mengapa kau tak kunjung datang mengobati luka ini?
Aku mencarimu cinta

Hai cinta
ini Aku, lelaki sejuta kenangan
dimanakah kau cinta?
aku mencarimu

Malang, 21 Januari 2016
oleh: Milhan Torhan Wael

LAGU RINDU

Dengarkan melodi kerinduan yang kunyanyikan
didalamnya tersimpan nada-nada pilu yang menyayat hati
setiap liriknya membawa pisau rindu 
yang siap menikam relung paling dalam hatiku
jika sampai pada klimaksnya, ada bait yang tak bisa dinyanyikan
entah mengapa aku takkan bisa menyanyikan bait itu
bukan karena ku tak bisa
melainkan karena itu bukan bagian laguku

Kau yang jauh disana, kemarilah
nyanyikan lagu rindu ini bersamaku

Bersama dengan malam ini
setiap kata yang terucap, lirik yang dituliskan dengan tinta air mata
akan slalu menggema dalam kalbu
pabila jari-jemari ini mulai keriting
tak sanggup melangkahi baris kertas yang dilumuri rasa rindu
peganglah tangnku, bantu aku menuliskan sebuah kisah tentang kita

Aku hanya inginkan satu, dirimu
kau adalah syairku, melodiku, rinduku

Kalaupun lagu rindu ini harus berakhir bersama terbitnya mentari
satu yang kupinta darimu, jangan pernah ucapkan slamat tinggal pada kisah kita.

Malang, 25 Januari 2016
oleh: Milhan Torhan Wael

Kisahku Adalah Tentang Kamu (Puisi)

Rintik hujan sore ini seakan menyayat hati yang pilu
Langit yang gelap menyelimuti perasaan yang gundah
Entah mengapa aku teringat akan dirimu
Saat kita melaju bersama membelah hujan diwaktu itu
Kau memelukku dengan erat hingga membuat hujan cemburu yang menjadikannya semakin deras
Suara petir yang menggelegar membangunkanku dari lamunan tentangmu
Ahhh, aku tak ingin pergi dari lamunan ini walau petir menyambarku sekalipun
Aku ingat tentang pertemuan kita yang terakhir
Kau gadis dengan pemilik senyum yang masih bisa kulihat dalam sepi dan sakit
Wajah cantikmu yang elok seakan menambah indahnya malam itu
Bintang dan bulan semakin bersinar melihat dua hati yang telah lama berpisah kini bertemu
Hening malam itu sepertinya takdir untuk kita bertatapan
Terima kasih tuhan telah mengenalkannya padaku, terima kasih tuhan telah menjadikannya cinta pertama untukku
Hai Dara, sapaanku memecah kebisuan antara kita berdua
Melodi ya yang keluar dari bibirmu bersama semelir angin yang berhembus masih bisa kurasakan sampai saat ini
Tak banyak yang bisa kita ucapkan saat itu
Kau dan aku lebih banyak membisu ketimbang menikmati malam yang indah bersama sinar rembulan dan indahnya bintang-bintang
Malam itu sepertinya tuhan ingin membisikkan sesuatu padaku bersama angin, bahwa tak seharusnya ada pertemuan antara kau dan aku
Aku masih ingin mendengar suaramu, masih ingin melihat senyummu, namun kau memutuskan untuk mengakhiri pertemuan kita di perpisahan ini
Sepertinya benar, aku tak seharusnya bertemu dengamu
Kita melaju bersama dengan kebisuan yang masih melekat dibibir
Aku memutuskan untuk behenti di sebuah jembatan, tempat di mana air tidak bisa menjangkaunya untuk berciuman
Hatiku masih ingin bersamamu walau ini untuk yang terakhir kalinya
Ingin kukatakkan semuanya saat itu, entah mengapa hatiku tak kuasa untuk berbicara
Dengan kejam sekali lagi kau memutuskan pertemuan ini
Aku benci, aku marah, aku sakit, mengapa mulut ini tak bisa berbicara apa yang tertulis di hati
Tuhan, cabut saja nyawaku Aku tak ingin mengenangnya lagi
Senyum terakhir yang kau beri untukku dimalam itu bersama cahaya rembulan juga sinar bintang akan kuingat slalu
Kusimpan maaf dan sayang ini sebagai pengingat bahwa kau adalah cinta pertamaku
Izinkanlah kau kutuliskan dalam kisahku
Semoga aku adalah kisahmu juga
 
Malang 11 Januari 2016
Oleh: Milhan Torhan Wael

Maaf Untukmu (Puisi)

Hai Dara, sedang apakah dirimu ?
ini Aku Dara, orang yang telah menyakitimu 
Dara, maafkanlah Aku 
Seperti katamu Dara, luka adalah kenangan 
ia akan tersimpan dalam hati dan ingatan
mengalir di setiap aliran darah 
selamanya akan seperti itu 
Hai Dara 
seperti halnya anak-anak ombak
maaf ini akan selalu bermain di bibir-bibir pantai 
takkan pernah sanggup melihat luasnya samudera 
Dara 
hanya melalu tulisan inilah kusampaikan maafku
mungkin maaf ini takkan pernah sampai ketelingamu 
tapi percayalah Dara, maaf ini tulus untukmu
Bagaimana kabarmu Dara ? 
semoga kau sedang bahagia 
Dara 
aku tau, sebuah luka ibarat bintang
walaupun tetutup mentari, ia tetap akan ada 
Berbahagialah Dara 
semoga luka yang kutorehkan untukmu akan hilang bersama hujan 
dan digantikkan dengan indahnya pelangi 
Hai Dara 
ini aku, orang yang telah menyakitimu. 
Malang, 21 Januari 2016  
oleh: Milhan T. Wael

First Love "Some Love Stories Never End" Cerpen Karya Ujung Pena

Selasa, 26 Januari 2016

Mungkin ini takdir

Hari demi hari telah berlalu, telah ku lewati, tapi mengapa ada yang tak bisa kulupakan. Semua telah kucoba, tapi apa yang kuharapkan tak sesuai dengan harapan. Semua terasa percuma saja. Tapi inilah hidup, apapun yang terjadi harus ku jalani. Aku masih ingat, bahkan hal ini terasa begitu spesial di dalam memoriku. Tentang bagaimana dia menyapaku, tentang bagaimana senyumannya yang begitu indah, tentang nada suaranya yang lembut. Ya, semua itu terekam erat di dalam memoriku.

Dia adalah cinta pertamaku, namanya Dian, umurnya terpaut dua tahun dari umurku. Perkenalan kami dimulai ketika aku pindah tempat pengajian. Minggu pertama di tempat pengajianku yang baru terasa begitu asing untukku, tetapi hal itu perlahan-lahan mulai menghilang, aku mulai terbiasa dengan suasana yang ada. Ditempat pengajianku yang baru aku termasuk orang yang cepat bergaul dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Bahkan aku boleh dibilang cepat dalam memahami ataupun membaca Al-Qur'an. Aku dan teman-teman sering memperhatikan para santri wanita. Bahkan kami diam-diam sering mengobrol tentang mereka, tentang siapa diantara mereka yang paling cantik, tentang senyuman siapa yang paling menarik ataupun hal-hal lain yang bisa kita bahas tentang mereka. Kami para santri pria bahkan punya cara tersendiri untuk bisa sekedar mengobrol ataupun bercanda bersama dengan mereka. Jika kami tidak mendapat bimbingan ataupun pengajaran dari ustad, biasanya aku dan teman-teman sering menggoda ataupun mengejek mereka, dengan alasan supaya kami bisa lebih dekat lagi dengan mereka.

Waktu terus berputar, aku mulai dekat dengan seorang santri wanita, ya dia adalah Dian, cinta pertamaku. Kami berdua sudah begitu akrab bahkan boleh dibilang sudah dekat layaknya sahabat. Karna itulah Aku diam-diam mulai menyukai Dian. Saat itu aku mulai bingung, apa yang harus aku lakukan. Jika aku mengutarakan perasaanku padanya, aku takut dia akan langsung menolakku, dan itu tak hanya menyakitkan bagiku, tapi juga memalukan untukku yang baru mengenal cinta. Ketika itu, hp baru berkembang di kalangan remaja, aku termasuk dalam sekian banyak remaja yang memilik hp. Karna tahu Dian punya hp, aku beranikan diri untuk meminta nomor hpnya. Awalnya dia enggan buat ngasih, alasannya karna nanti aku bakalan ngerjain dia, tapi aku yakinkan dia bahwa aku bukan orang seperti itu. Berkat Hplah kami berdua mulai begitu dekat. Jika pulang dari tempat pengajian, kami berdua sering smsan. Ada banyak pertanyaan yang aku buat agar bisa smsan sama Dian, walaupun kebanyakan pertanyaannya konyol. Aku masih ingat ketika pertama kali dia curhat tentang perasaannya.

"Han, aku harus gimana ? Apa yang harus aku perbuat ?" tanya Dian melalui smsnya.

"ya harus gimana apanya ? Sebenarnya ada apa sih ?"

"gini, ada cowok yang nembak aku, tapi aku bingung harus gimana ?

"ya gampang kan, tinggal kamu nerima dia atau kamu tolak dia. Simple kan ? Hahahahhahahaha.

"ih, kamu koq jawabnya gitu, ya masalahnya aku udah terlanjur suka sama orang lain."

"ni kalo menurut aku, sebaiknya kamu jelasin baik-baik ke dia, ngomong kalo kamu ngga punya perasaan ke dia, dan kamu udah suka sama orang lain, setidaknya dengan kamu jujur, hal itu mungkin lebih baik untuk kalian berdua."

"ia juga sih, mkasih ya sarannya."

"kayaknya ada yang jatuh cinta, awas lo, masih kecil, awas jatuh ke jurang cinta. Hahahahahahaha."

"ia ia. Sip deh."

Ketika tahu Dian ada yang suka, rasanya aku seperti tim yang dinyatakan gugur dari pertandingan hanya karna telat datang ke arena. Tapi untunglah, semuanya kembali normal karna Dian ngga punya perasaan yang spesial ke orang tersebut. Aku mulai berpikir, "apa sebaiknya aku ungkapkan saja, tapi apa aku akan diterima? Bagaimana kalau tidak? Ungkapin ajalah, soal nanti diterima atau tidaknya itu urusan belakangan, yang penting aku udah ungkapin apa yang aku rasain." Esoknya aku beranikan diri buat ngungkapin perasaanku sama Dian.

"Assalamualaikum. Lagi apa ?" tanyaku lewat SMS.

"lagi duduk-duduk aja, kalau kamu lagi apa ?"

"sama, lagi duduk-duduk juga. Ammmmm, Dian sebenarnya ada yang mau aku omongin sama kamu. Tapi kamu jangan marah ya ?

"ia, aku ngga bakalan marah" balas Dian.

"Dian, sebenarnya aku suka kamu, aku ngga tau bagaimana bisa aku suka sama kamu, tapi perasaan ini muncul begitu saja, dan jujur aku juga berharap kamu punya perasaan yang sama ke aku. Hmmmm, kamu mau ngga jadi pacar aku ?" aku pun segera mengirim sms ke Dian, dan berharap ada jawaban yang manis darinya.

"Johan, kamu ngga bohong kan?" balas Dian.

"aku ngga bohong koq. Dian, aku benar-benar suka sama kamu." segera aku balas smsnya.

"Han, sebenarnya aku juga suka sama kamu." balas Dian.

Hatiku begitu berbunga-bunga ketika membaca sms masuk dari Dian.

"jadi, kamu nerima aku? Kita pacaran dong?"

"ia, kita sekarang pacaran. Tapi awas ya kalau kamu selingkuh." balas Dian.

"yeeeee, makasih ya udah nerima aku, aku janji ngga bakalan selingkuh koq." 

                                                                     *******

Semua berjalan dengan sangat indah. Hari-hariku penuh dengan kebahagiaan. Tidak sedikitpun terlintas dalam pikiranku bahwa aku akan selingkuh ataupun memutuskan hubunga dengan Dian. Bagiku Dian adalah segalanya, dia sangat istimewa bagiku. Aku merasa seperti hidupku ini sudah lengkap ketika bersama Dian. Sampai suatu ketika aku membaca sms masuk dari Dian.

"Johan, sebaiknya kita udahan saja. Aku ngga nyangka kamu bakalan lakuin ini sama aku." kata Dian melalui smsnya. Membaca itu hatiku seketika hancur. Aku bingung, aku ngga tau harus berbuat apa. Setauku hubungan kami baik-baik saja. Aku mulai menelpon Dian untuk minta penjelasan.

"Halo Dian, sebenarnya ada apa? Aku salah apa sampai kamu bisa ngeluarin kata putus? Dian, aku benar-benar sayang sama kamu." ucapku dengan nada yang halus.

"Johan, kenapa kamu pura-pura ngga tau? Kamu udah mempermainkan hatiku, kamu diam-diam pacaran dengan adik kelas kamu kan? Kamu tega sama aku Han. Mulai sekarang kamu bukan apa-apanya aku lagi." ucap Dian.

"pacaran? Dengan adik kelas? Dian, kamu salah paham, aku ngga pacaran sama siapa-siapa, aku juga ngga tau adik kelas mana yang kamu omongin." segera aku menjawab untuk meyakinkan Dian.

"udah lah, aku ngga butuh penjelasan dari kamu." kata Dian yang langsung mematikan panggilan dariku. Segera aku menghubunginya kembali, tapi hpnya sudah di non aktifkan.

Hatiku begitu kacau, aku seperti orang yang kehilangan harapan dan semangat hidup. Aku tak menyangka semuanya akan seperti ini, cinta yang sudah kubangun kini runtuh dengan cepatnya. Aku tak tahu dari mana Dian mendapat informasi itu. Aku ingin meyakinkan Dian bahwa semua yang dia dengar itu salah, dan aku tak pernah melakukan hal itu. Esoknya aku mencoba menghubungi Dian, tapi nomornya sudah tidak bisa dihubungi lagi. Aku berusaha mencari nomor hp Dian dari teman-temannya. Tapi mereka tidak mau memberikan nomornya. Entah apa alasan mereka aku tak tau. Kini aku merasa benar-benar hancur, aku tak tau harus berbuat apa lagi. Aku bingung, Dian sepertinya benar-benar marah padaku dan mungkin saja telah melupakan aku. Terlintas dalam pikiranku, apakah ini cuma alasannya saja, supaya dia bisa memutuskan aku dan pacaran dengan orang yang sudah dia sukai. Tapi aku jauh-jauh buang pemikiran itu, karna aku tau, Dian tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Aku tau Dian hanya salah paham saja, tapi aku sungguh tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Kini semuanya telah usai, aku benar-benar menyerah dengan keadaan yang ada. Mungkin inilah yang sering dibilang orang, bahwa cinta tak harus memiliki.

Hari-hari kujalani tanpa sedikitpun kabar dari Dian. Akupun telah mengiklaskan semua yang terjadi. Kini aku harus pergi meninggalkan kota ini, kota dimana cintaku pertama kali bersemi dan kota dimana aku melihat cintaku hancur. Aku pergi meninggalkan kota ini karna aku masih mencintai Dian. Mungkin dengan meninggalkan kota ini aku akan melupakan Dian, melupakan cinta pertamaku. Sebelum berangkat, aku sempatkan diri untuk menemui teman dekatnya Dian. Aku katakan semua yang terjadi, dan aku sampaikan salam maafku untuk Dian. 

                                                                   ******

Waktu terus berputar, kini Dian benar-benar hilang dari ingatan. Hari-hari kulalui tanpa sedikitpun bayangan Dian dalam pikiranku. Di sekolahku yang baru, aku juga sudah memiliki pacar, tapi itupun tak bertahan lama. Kami berdua pun harus putus juga, karna dia tidak punya pilihan lain selain ikut ayahnya pindah ke luar kota. Berpisah mungkin pilihan yang terbaik, karna tak mungkin aku pacaran dengan dia yang jaraknya sangat jauh.

Keseharianku  kini berjalan seperti biasanya. Aku sangat sibuk dengan kegiatan-kegiatanku yang padat. Terlebih lagi aku harus mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional. Di sekolah baruku aku ikut dua Ekskul, PMR dan Basket. Keduanya aku tekuni dengan baik, di PMR aku sebagai anggota, Dan di klub basket sekolah, aku adalah kapten. Hari-hari menjelang Ujian Nasional sudah semakin dekat. Kami para siswa kelas tiga pun mendapat pelajaran tambahan. Waktu kami habiskan hanya untuk belajar dan belajar, tujuannya hanya satu, yaitu lulus dari SMA yang kita cintai ini. Hari ujian Nasional telah tiba, kami para siswa mengikutinya dengan sangat baik. Kami harus bertempur selama tiga hari untuk melawan soal-soal Ujian Nasional. Kini yang kami harapkan setelah melewati semua itu hanyalah mendengar kata lulus.

Hari kelulusan telah tiba, aku sangat bersyukur karna hasil yang aku peroleh sangat memuaskan bagiku. Aku dinyatakan lulus bersama dengan teman-teman yang lain. Kini aku harus berpisah dengan mereka, masing-masing dari kami harus mencari jalannya sendiri. Aku memutuskan untuk melanjutkan pedidikan ke bangku kuliah, dan jurusan yang aku pilih adalah keperawatan. Tapi untuk bisa kuliah keperawatan, aku harus kembali ke kota asalku, kota dimana aku mengenal cinta, kota dimana cinta pertamaku berada. 

Saat kembali ke kota ini, aku teringat kembali dengan Dian, wanita yang mengisi kekosongan dalam hatiku pertama kali, wanita yang membuatku mengenal cinta, dan wanita yang mebuatku mengenal rasa sakit karna cinta. Dalam hatiku masih tersimpan satu pertanyaan, pertanyaan tentang keputusan yang diambil Dian waktu itu.

Aku berusaha untuk bisa berkomunikasi kembali dengan Dian. Awalnya agak sulit, tapi semua itu tidak mengurutkan niatku. Akupun bisa kembali dekat dengan Dian, walaupun hanya melalui sms. Karna hal inilah, cinta yang telah lama hilang kini muncul kembali. Akupun bahkan telah melupakan niat awalku. Aku tau bahwa Dian telah memiliki kekasih, tapi sungguh aku tak berdaya dengan perasaan ini, aku benar-benar mecintai Dian. Akupun beranikan diri untuk mengungkapkan rasa cinta dalam hati ini.

"Dian, aku minta maaf, aku tau kamu telah mimiliki kekasih, tapi sungguh aku tak bisa membohongi perasaan ini. Dian aku mencintaimu, kumohon terimalah aku dan cintaku kembali?" segera aku ungkapkan perasaanku pada Dian walau hanya melalui sebuah pesan singkat.

"Johan, Aku tak tau harus berkata apa, aku bingung" balas Dian melalui smsnya.

"Dian, aku ngga masalah bila harus menjadi orang kedua dalam hidupmu, aku benar-benar sayang sama kamu" segera aku balas smsnya Dian.

"johan, sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu, tapi aku takut kecewain pacar aku yang sekarang" balas Dian.

"Kumohon Dian, terima aku kembali, aku sayang sama kamu"

"Ia udah, aku terima kamu kembali, tapi Han aku mohon sama kamu, ngga ada yang boleh tahu soal ini" balas Dian.

"Ok, makasih ya. Dian aku benar-benar sayang samu kamu."

"Ia, aku tau koq, aku juga sayang sama kamu."

Kami berdua pun menjalani hubungan dengan baik. Tak ada masalah sedikitpun dengan pacarnya Dian ataupun hal yang lain. Hingga suatu ketika aku mendengar kabar bahwa pacarnya Dian nitip salam, katanya dia mau mukul aku. Tentu saja aku marah dengan kata-katanya, aku pun segera pergi ke rumahnya Eko. Eko adalah pacarnya Dian.

"permisi, Ekonya ada ngga mba?"

"ada mas, bentar ya, aku panggilin dulu."

Sewaktu ngeliat aku, Eko agak kaget, mungkin dia ngga nyangka kalo aku bakalan ke rumahnya.

"kamu ada waktu ngga, aku pengen ngomong sama kamu."

"ia ada, ok kita ngomong di luar aja." jawab Eko.

"aku dengar dari anak-anak katanya kamu mau mukul aku?"

"ah, ngga koq, kamu salah dengar mungkin." bantah Eko.

"gini aja, aku tau kamu sekarang pacaran sama Dian, akupun gitu, gimana kalo kita sekarang pergi ke rumahnya Dian, kita sama-sama minta ke dia buat milih antara kamu atau aku."

"gimana ya, kayaknya ngga mungkin sekarang, lagian juga pasti Dian udah tidur."jawab Eko.

"ok, kalo gitu aku nunggu kabar dari kamu. Aku harap yang aku dengar dari anak-anak itu salah. Aku permisi dulu, maaf udah ganggu waktu istirahatnya."

"ok, nanti aku ngasih kabar buat kamu." lanjut Eko.

Hubungan aku sama Dian pun baik-baik saja, sampai akhirnya Eko minta ke Dian buat milih aku atau dia.

"hallo sayang, kamu bisa ke caffe bougenville ngga sekarang. Aku lagi sama Eko, dia minta ke aku buat milih antara kamu atau dia." kata Dian lewat teleponnya.

"ok, aku ke sana sekarang." aku mulai berangkat ke tempat tujuan walaupun dengan kondisi tubuh yang lagi ngga fit.

Sesampainya di sana aku langsung hampiri mereka berdua. Kami bertiga pun duduk bersebelahan, Eko sebelah kiri, Dian kemudian aku.

"Dian, aku minta dari kamu, antara aku sama Johan kamu milih siapa?" ucapan Eko memecah keheningan yang ada. Aku ngga banyak bicara karena kondisiku yang lagi ngga fit, Dian pun ngga ngomong apa-apa. Dian hanya megang pahaku dengan genggamannya yang erat.

"kalo kamu ngga ngomong, berarti kamu milih Johan kan. Ok aku terima keputusanmu." ucap Eko yang sekali lagi memecah keheningan.

Akupun mulai berbicara, "eko, ngga usah marah-marah, kita kan bisa selesaikan ini baik-baik."

"ngga usah, Dian kan lebih milih kamu daripada aku." jawab Eko yang langsung berlalu meninggalkan aku sama Dian. Dian masih tetap dengan keadaan yang sama.

"Dian, aku sayang sama kamu, ngga usah sedih ya." aku mencoba buat menghibur Dian.

"ia, aku tau koq, aku juga sayang sama kamu. Aku hanya merasa bersalah saja sama Eko." ucap Dian dengan raut wajah yang nampak sedih.

"hmmm, aku ngerti koq yang kamu rasakan. Yang perlu kamu tau bahwa aku sangat sayang sama kamu."

"makasih ya Han, aku sayang kamu."

Aku sama Dian pun menjalani hubungan dengan baik. Terkadang ada masalah kecil yang menghampiri hubungan kami, tapi kami berdua bisa melewati semua itu. Keluarga kami pun sudah mengetahui tentang hubungan kami berdua. Ayahku pernah ngomong ke aku kalo aku ngga boleh pacaran sama dian, alasannya karena Dian itu masih saudara, boleh dikatakan saudara jauh. Tapi aku ngga terpengaruh dengan perkataan ayakhu, aku malah ngomong ke ayah kalo aku sayang sama Dian, dan kami berdua saling suka, ayahku hanya bisa geleng-geleng kepalanya. Awalanya aku agak syok tapi lambat laun pikiran tentang hubungan persaudaraan antara aku sama Dian mulai hilang, yang aku tau  aku sayang sama Dian. Sampai suatu saat terlintas dalam pikiranku untuk berselingkuh. Aku sangat ingin mencoba bagaimana rasanya pacaran lebih dari satu. Akupun akhirnya bisa mewujudkan itu. Aku sama sekali tidak berpikir tentang perasaan Dian, yang ada dalam pikiranku hanyalah berselingkuh. Tanpa aku sadari, hubunganku dengan Dian mulai renggang, aku mulai berhenti untuk menghubungi Dian, berkali-kali Dian telepon dan sms tapi aku ngga menjawabnya sedikitpun. Bisa dikatakan bahwa aku sepertinya telah bosan menjalin hubungan dengan Dian. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu aku tak tahu. Hubunganku dengan selingkuhanku juga begitu, aku mulai malas untuk menghubunginya, dan endingnya aku putuskan hubungan dengan dia.

Sebelum hubunganku dengan Dian benar-benar usai, aku sering ditegur oleh keluarga ayakhu, katanya aku tak seharusnya menjalin hubungan dengan Dian. Tapi aku sedikitpun tak menggubris teguran mereka. Aku sempat ingin memperbaiki hubungan dengan Dian, tapi kuurungkan niatku. Semua itu karena keluarga ayahku, bukan karena mereka tak setuju, tapi mereka mungkin akan malu jika hubungan ini terus kupertahankan. Aku pun tak pernah mengeluarkan kata putus untuk Dian, itu karena aku masih sayang sama Dian. Saat itu aku berpikir mungkin aku bukan bosan dengan Dian, tapi aku sedang dalam fase titik jenuh, dan fase inilah merupakan cobaan yang aku tak sadari.

Aku sempat baca statusnya Dian di facebook, aku tak menyangka jika apa yang kulakukan telah membuatnya terluka. Sungguh aku menyesal dengan perbuatanku, tapi saat itu aku tak berdaya. salah satu statusnya sampai sekarang aku masih ingat "mengapa harus dia yang menjadi orang pertama". Aku benar-benar sedih membacanya, tak kusangka apa yang kulakukan sudah sangat diluar batas. Aku tega menyakiti orang yang paling kusayang. Hubunganku dengan Dian kini benar-benar usai. Walapun sekarang aku dan Dian bukan sepasang kekasih lagi, aku masih bisa mendengar kabarnya. Aku sering menanyakan kabar Dian dari tetangganya, dan jika aku sedang online, aku sering membuka akun facebooknya walau hanya sekedar membaca status atau melihat foto-foto yang diunggahnya. Akupun mulai fokus pada kuliahku, tapi seiring berjalannya waktu aku merasa sepi, akhirnya aku mulai pacaran dengan beberapa gadis di kampusku, dan sempat gonta-ganti pacar. Namun hubunganku dengan mereka tidak bertahan lama. Entah mengapa aku diam-diam masih memikirkan Dian. Entahlah, aku sungguh tak bisa melupakannya.

Aku sempat bertemu dengan Dian, saat itu Dian turut hadir dalam acara wisudahku, tapi itu tidak berlangsung lama, Dian hanya memberikan ucapan selamat kemudian berlalu meninggalkanku dan keramaian acara wisudahku. Akupun pernah sekali bertemu dengan Dian, itupun tak sengaja. Saat itu aku hendak pergi untuk mengurusi proses pengambilan ijazah, dan kami bertemu di sebuah angkutan umum. Waktu hendak naik ke angkut, aku melihat adik sepupuku yang ada di dalam angkutan, kebetulan namanya juga Dian, aku pun menyapanya. Aku sungguh sangat kaget, ternyata yang menjawab sapaanku bukan adik sepupuku, melainkan Dian, cinta pertamaku dan orang yang sampai saat ini masih kusayang. Akupun hanya melemparkan senyum kepada Dian, kami berdua pun duduk bersebelahan. Dalam perjalanan aku sempat melirik hp yang dipegang Dian, aku tak menyangka dengan apa yang kulihat, entah Dian sengaja memperlihatkannya padaku atau tidaknya aku tak tahu. Saat itu yang kulihat adalah walpaper hpnya. Dian menggunakan fotonya dengan kekasihnya yang sekarang. Mereka tampak begitu serasi. Akupun langsung berdoa, dalam hatiku berkata "semoga Dian bahagia selalu dengan orang yang dia sayangi" walaupun agak sesak, aku berusaha untuk tetap tenang.

Sekarang aku sedang melanjutkan pendidikanku ke S1 Keperawatan di salah satu universitas swasta di kota Bandung. Kebetulan kemarin yang aku ambil adalah D-III, dan umurku masih muda untuk melanjutkan study kemudian keluargaku boleh dibilang masih cukup untuk membiayai kuliahku ini. jadi aku berpikir lebih baik aku melanjutkan studyku ini selagi masih sempat. Aku sangat jarang membuka akun fbku, yang paling sering kubuka adalah akun IGku. Entah mengapa hari itu aku membuka akun fbku. Kemudian saat itulah adik sepupuku mengirimkan pesan singkat fb yang langsung membuat air mata ini membasahi pipiku. Dalam pesannya tertulis bahwa Dian akan segera menikah. Aku tak kuasa menahan tangis, dadaku sangat sesak, aku sungguh-sungguh tak berdaya. Aku berusaha tak percaya dengan apa yang kubaca, aku berulang kali bertanya tentang kebenaran pesannya, namun hal itu tidak mengubah apapun. Adik sepupuku akhirnya memberikan nomor hpnya Dian, agar aku bisa langsung menanyakan kebenaran hal ini pada Dian.

"Assalamualaikum, ini dengan Dian?"

"ia, maaf ini dengan siapa ya? Tanya Dian

"hmmmm, masa kamu ngga kenal suaraku?"

"ini Johan ya?" tanya Dian

"ia ini aku. Dian aku mau nanya sesuatu?"

"ia, boleh aja koq, silahkan."

"kamu udah mau nikah?"

"kamu dengar kabar itu dari mana?" Dian balik bertanya

"kamu beneran udah mau nikah?"

"kamu dengar kabar itu dari mana sih?" Dian balik bertanya

"jawab pertanyaanku dulu, kamu beneran udah mau nikah?"

"ia, aku udah mau nikah." jawab Dian

Mendengar pengakuannya air mataku tak berhenti mengalir. Tangisanku semakin menjadi jadi, aku tak kuasa mendengar kabar itu. Aku mulai terdiam, teringat kembali dalam ingatan tentang kesalahanku yang lalu. Mungkin inilah karma buatku. Aku katakan pada Dian semoga pada acara pernikahannya nanti aku bisa hadir dan turut bahagia sekaligus memberikan doa restu untuk mereka berdua. Aku ingin sekali katakan pada Dian bahwa aku masih sangat mencintainya, walaupun kami sudah lama berpisah sekaligus aku ingin minta maaf untuk kesalahanku yang lalu. Aku hanya ingin Dian tau bahwa aku masih mencintainya, dan aku tidak berharap lebih atas itu, aku juga sadar Dian telah memiliki kekasih dan aku tidak ingin menjadi orang yang brengsek untuk kedua kalinya. 
Kami mahasiswa transfer diberikan libur yang panjang, sekitar 3 bulan lebih, akupun berpikir untuk balik ke Ambon. Kota ini tidak banyak berubah semenjak kepergianku. Aku sempatkan diri untuk mampir di beberapa temanku, sekedar untuk melepas rindu bersama mereka. Di daerah tempat tinggalku sedang berlangsung acara syukuran wisudahan. Akupun diundang oleh beberapa juniorku untuk turut menghadiri acara syukuran mereka. Dian sepertinya telah mengetahui bahwa aku sudah balik ke Ambon. Saat itulah Dian menelponku untuk mengantarnya menghadiri acara syukuran wisudahan teman-temannya, akupun mengiyakannya, aku berpikir mungkin inilah moment terbaik dimana aku harus bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan sekaligus meminta maaf untuk kesalahanku yang lalu, aku memang tidak menginginkan lebih, aku hanya ingin Dian tau apa yang aku rasakan. 

Setelah selesai mengantar Dian aku mengajaknya untuk pergi sebentar, aku ngomong ke Dian bahwa aku ingin ungkapkan sesuatu. Malam itu adalah malam yang sangat indah untukku, karena untuk beberapa hal aku akhirnya bisa melihat wajahnya, bisa melihat senyumannya, bisa mendengar suaranya, malam itu adalah malam yang takkan kulupakan. Akupun memulai percakapan dengan pertanyaan tentang hubungannya dengan kekasihnya yang sekerang.

"Hubunganmu Dengan  dia gimana?"

"baik, kami berdua baik-baik saja" jawab Dian

Mendengar itu hatiku agak sedikit sesak, tapi aku mencoba untuk tetap tenangkan hati.

"Kapan kamu menikah?" aku lanjut bertanya

"secepatnya, aku sih nunggu dia untuk segera melamar aku." ucap Dian

Jawaban Dian membuat hatiku hancur, mataku sudah mulai berkaca-kaca, aku sungguh tak bisa menahan sakit ini. Niat awalku untuk ungkapkan apa yang kurasakan pun tak bisa kuutarakan. Aku seketika membisu, terdiam tanpa tau dari mana aku harus mulai berbicara, tubuhku sepertinya telah membeku. Malam itu sepertinya bukan malam yang indah untukku. Dian akhirnya memintaku untuk mengantarnya pulang karena malam sudah semakin larut. Akupun hanya bisa menuruti yang ia katakan. Dalam perjalanan menuju rumahnya, aku berhenti di sebuah jembatan. Aku tak bisa percaya apa yang kudengar dari Dian. Hatiku masih menolak semuanya. Dianpun sekali lagi memintaku untuk mengantarnya pulang, tapi aku katakan pada Dian, bahwa hanya untuk malam ini saja, hanya untuk malam ini saja aku ingin bersamamu, karena mungkin inilah malam terakhir kita bertemu, Dian akhirnya hanya bisa terdiam.

"Dian, siapakah yang ada dihatimu pertama kali?" pertanyaanku memecah keheningan antara aku dan Dian. Dian tidak langsung menjawab pertanyaanku.

Aku tanyakan sekali lagi "siapakah yang ada dihatimu pertama kali." Dianpun masih belum menjawab pertanyaanku. Aku sekali lagi bertanya "siapakah yang ada dihatimu pertama kali."

"tanpa aku beritahupun kamu sudah pasti tau kan Johan?"

Mendengar itu mataku sekali lagi berkaca-kaca.

"mengapa kamu tidak tanyakan padaku, siapakah yang ada dihatiku pertama kali." Dian hanya terdiam. "kamu Dian, yang ada dihatiku pertama kali itu kamu." lanjut ucapanku

"apa kamu sangat mencintai dia?" aku lanjut bertanya

"ia, aku sangat mencintainya. Johan, aku mohon antarkan aku pulang sekarang." jawab Dian yang langsung memintaku mengantarnya pulang.

"ia udah." akupun segera mengantarnya pulang.

Malam itu Dian hanya memberikan senyum yang tak bisa kuartikan. Aku sungguh tak berdaya, jujur aku masih sangat mencintainya, dan aku belum bisa merelakan Dian bersama dengan yang lain. Air mataku tak henti-hentinya mengalir, aku terus menangis ditemani kesunyian malam. 17 oktober 2015, aku takkan melupakan malam ini, malam dimana aku bertemu Dian untuk yang terakhir kalinya. Esoknya aku mencoba menghubungi Dian, berkali-kali aku telepon dan sms namun tak satupun diangkat ataupun dibalas oleh Dian. Hingga Dian akhirnya membalas smsku. Sakit jika aku harus mengingatnya kembali. Itulah pesan terakhir yang kuterima dari Dian. Aku sungguh tak menyangka dengan sms yang dikirimkan untukku, namun inilah sakit yang harus kuterima, dan mungkin sakit ini masih sangat ringan jika dibandingkan dengan apa yang pernah kulakukan untuk Dian. Pesan terakhir Dian akan kusimpan dalam hati dan ingatan.

Akupun menceritakan semua yang terjadi pada sahabatku, dan dia hanya bisa memberikan support padaku. Dia pun berkata "kamu pantas bahagia Johan, walau tanpa dirinya." setelah itu dia membacakan sebuah puisi untukku;

Untuk yang mencintai dan tak saling memiliki
aku di malam di setengah bulan

Apa dengan menutup mata semua yang dititipkan di hati bisa...?
Ahhhh... cinta tak sesakit ini

Mengapa kau harus pergi untuk sendiri padahal denganku kita bisa...?
ahhhh... cinta tak sesingkat ini

Mengapa harus berakhir padahal tak ada alasan yang bisa kita...?
ahhh... kita tak pernah menyalahkan cinta ini kan...?

Kau dengan cintamu aku tahu padaku, aku dengan cintaku kau tahu padamu, lalu...
apa cinta...?

kita telah saling menyakiti
Sudah berapa kali pertemuan yang ada setelah kisah ini berakhir.

sudah berapa kali pertemuan yang ada setelah kisah ini berakhir...? sudah berapa kali pertemuan yang ada setelah kisah ini berakhir...!

Satu.....Dua.....Tig­a.....Empat.....

bahkan ketika itu aku tak bisa mengartikan senyum di wajahmu
aku takut tak ada tempat untuk kembali
untukku maupun untukmu
aku di malam di setengah bulan.

Oleh: Ile Si Gagak Hitam

Mungkin inilah takdir yang harus kuterima, walaupun aku belum bisa mengatakan bahwa aku masih sayang sama Dian, aku berharap suatu saat Dian akan tau. Biarlah ceritaku ini berjalan seperti air yang mengalir. Aku berdoa semoga Dian bahagia slalu. Untukmu cinta pertamaku, kisahku adalah tentang kamu.

AKU SAYANG KAMU
AKU CINTA KAMU.....

Diberdayakan oleh Blogger.

tentang DUNIAKU

Pulanglah,
sekali lagi

bukannya kita tak jauh-jauh soal rindu?
aku menunggumu di sini
dengan merah jingganya langit.

Cari Blog Ini