Kugores tinta ini dengan air mata
selembar kertas putih tak bernoda menjadi saksinya
saat malam semakin larut
tubuh ini mulai menggigil
menari bersama dinginnya malam
menusuk hingga ke tulang-tulang
Ibu, hanya pelukmulah yang dapat menghangatkan tubuh ini
cerita ini baru ditulis, ketika kau telah lama pergi
tentangku kini yang tak lagi bersamamu
melihat senyummu, marahmu, tawamu
Ibu, aku kini bukanlah malaikat kecilmu lagi
yang setiap harinya slalu bandel
tak pernah mendengarkan omonganmu
slalu mengikuti kemauanku sendiri
aku kini telah tumbuh dewasa Bu
telah banyak mengenal dunia
ada satu dunia yang ingin sekali kuceritakan bersamamu
dunia kedua selain dirimu yang bisa membuat hatiku layaknya surga
Ibu, detik demi detik telah terlewati tanpamu
tentangku kini yang tak lagi bersamamu
aku hanyalah anak-anak rindu
yang terjebak dalam kesunyian
kemudian hanya bisa ditemani kenangan
Ibu, raut wajahmu hanya bisa kugenggam dalam ingatan
senyum indahmu hanya bisa kusimpan dalam hati
sebelum tulisan ini benar-benar usai
sebelum air mata ini berhenti
izinkan aku untuk berucap apa yang tak sempat dikatakan
"maafkan anakmu ini Bu"
Ibu, tentangku kini yang tak lagi bersamamu
hanya setangkai doa yang bisa kuhadiahkan untukmu dalam setiap sujudku
semoga kau senantiasa di sisi-Nya
Ibu, aku merindukanmu
Malang, 28 januari 2016
oleh: Milhan TorhanWael