Hujan Bulan April

Senin, 15 Mei 2017

Di balik jendela yang katanya hujan, aprilku sedang basah.
Tiba-tiba kau pulang dan aku bertanya “apa hujan sesakit ini?” lalu masuklah dan akan ku ceritakan sebuah kisah, tak ada perpisahan dan jatuh cinta. 
 
Apa kabar bulan April?
Aku pergi. Tak ada kompas ataupun peta seperti penjelajah dan kau bertanya, “pilih mana? puisi di jadikan tumbal atau hujan tempat kau melampiaskan rindu berkali-kali?”
 
hujan bulan april,
mari pulang sekali lagi.

Jalan Lain

Kita tak pernah merayakan Perpisahan. Puisi dan tulisan-tulisan semacam itu adalah prosesi menghadapi hari-hari penuh luka. Tak ada tempat untuk pulang. 
Semua orang ku lihat tak punya nama. Mereka bebas perang. Tak ada batas. Tak ada apapun. Kemarin dan esok juga tak ada. 
Jika kau berkenang hadir, akan kusiapkan untukmu sebuah upacara. Bunga dan altarnya telah siap. Ku undang pula beberapa senja dan hujan sebagai pengiring paling romantis. Lalu akan ku katakan pada semesta, bagaimana meriahnya menyambut pelepasan.
Kertas putih yang belum kau baca, pelukan yang tak punya ruang atau kamar tempat kau hangatkan tubuhku. Aku mati berulang kali. Detik jam membunuhku setiap waktu. Setiap saat.
Ku lanjutkan sisa cerita ini. "Di manapun aku berada, di manapun aku bernafas -Aku adalah kamu.

Diberdayakan oleh Blogger.

tentang DUNIAKU

Pulanglah,
sekali lagi

bukannya kita tak jauh-jauh soal rindu?
aku menunggumu di sini
dengan merah jingganya langit.

Cari Blog Ini