Merindumu

Minggu, 28 Agustus 2016

Aku mulai merindu, merindu yang tak seharusnya menjadi rindu
Lalu kau? Apa kau juga merindu?
Aku ingin merindumu secukupnya saja, seperti malam memberiku dingin seadanya, lalu gigil yang mengkoyak tubuhku seperlunya.

Aku takut jika harus merindumu selebihnya. Takut jika rindu ini semakin dalam dan aku terlalu takut jika harus jatuh lalu terkubur sedalam rindu ini.
Apa kau takut jika merindu sepertiku?

Ini adalah rinduku, aku ingin merindumu dengan caraku. Bagaimana rasanya? Itu adalah rinduku.
Jika kau ingin merindu, jangan merindu sepertiku. Sebab rindumu terlalu indah untuk dihujani angin malam.

Aku merindumu, merindu hingga aku lupa larut semakin pekat, sunyi semakin sepi, lalu tubuhku beku melupakan dingin.
Aku merindu hingga aku sendiri lupa, untuk apa aku merindu? Aku lupa bahwa rindu tak ada artinya tanpa pertemuan. Aku lupa jika merindu itu hanyalah dosa. Dosa yang ditanggungg orang yang merindu atau keduanya sama-sama menanggung dosa itu.

Jika dengan merindu bisa memilikimu, aku akan tetap merindu. Merindu hingga aku terbiasa dengan sakit.

Ujung Pena










Mariana Penyimpan Rindu

Setapak desa pinggiran kali itu 
Langkah kakimu membawa rindu 
Daun daun jatuh merindukan tanah 
Kau bagai helaian rumput yang pintar mengikuti irama
Mungkin esok atau lusa 
Kita akan seperti semut 
Berpapasan lalu saling memunggungi 
Kita akan berlalu bagai daun tinggalkan dahan
Mariana 
Rindu ini hanyalah sajak sajak usang yang dilapisi air mata 
Secarcik kertas kosong bukanlah wadah 
Hanya saja tempat untuk melukis luka
Mariana 
Barangkali hujan kali ini tak ada dimatamu 
Tapi ada dimata orang lain 
Barangkali seperti itu.

Diberdayakan oleh Blogger.

tentang DUNIAKU

Pulanglah,
sekali lagi

bukannya kita tak jauh-jauh soal rindu?
aku menunggumu di sini
dengan merah jingganya langit.

Cari Blog Ini